Ramadhan pergi, rutinitas kembali

Ramadhan adalah bulan penuh barakah dan ampunan. di bulan ini, Allah swt. benar-benar mencurahkan kasih-sayangnya berlipat-lipat lebih besar dari bulan-bulan biasanya. dan sangat rugi bagi manusia yang tidak mau memanfaatkan moment ramadhan ini sebagai ladang untuk mencari pahala dan menghilangkan catatan dosa. seperti kata banyak orang, setan-setan dibelenggu di neraka sehingga benar-benar kebaikan yang melingkupi kita selama 1 bulan penuh.
Jadi tak heran, setiap ramadhan datang mendadak masjid seperti sebuah situs yang sedang dicari oleh banyak peminat sejarah. orang-orang mendadak rajin sholat 5 waktu plus ditambah dengan berbagai sholat sunnah. bacaan Al-Qur'anpun tak pernah sepi dilantunkan. Di masjid, kotak-kotak infaq menjadi penuh berjubel uang dari jama'ah. Fakir miskinpun bisa meningkat kesejahteraannya beberapa persen gara-gara kebanjiran sedekah. Belum lagi pusat maksiat seperti diskotik atau club malam sementara ditutup. Kegiatan zina ‘have fun’ ala anak muda alias pacaran menjadi hal yang begitu tabu dilakukan di bulan Ramadhan ini. Begitu juga dengan wajah pertelevisian kita. Moment Ramadhan inipun ternyata juga telah dibaca oleh para produser sinetron atau iklan sebagai saat yang menjanjikan keuntungan berlipat. Hingga hasilnya: acara televisi mendadak islami setiap harinya. mulai dari sinetron, hingga iklan minuman dan makanan. Dunia musikpun juga mengalami hal yang tidak jauh beda. Mendadak lagu-lagu religi membanjiri pasaran. Dari band dan para penyanyi yang biasanya membawakan lagu-lagu cinta picisan, semua mendadak memuja Tuhan.
Damai rasanya jika lingkungan kita mendadak menenangkan seperti itu. namun kita sepertinya perlu khawatir sekali lagi, karena ketika bulan ramadhan ini berlalu, sepertinya semua ketenangan itu juga turut berlalu. rutinitas kembali ke keadaan semula. Masjid kembali sepi, televisi kembali menjadi barang yang begitu menduniawi, para artis kembali ‘menjadi dirinya sendiri’, maksiat kembali meraja lela, dan jangan-jangan intensitas ibadah kitapun juga jauh menurun drastis. Dan tentunya, fitri yang didengung-dengungkan adalah sebuah hal yang patut diragukan, bukan?
Semua itu tidak lain dikarenakan sekulerisme yang masih saja dijunjung tinggi oleh banyak masyarakat. Mereka masih membeda-bedakan urusan agama dengan urusan sehari-hari. Jadi, jika Ramadhan berarti bulan ibadah, apakah itu juga berarti 12 bulan yang lain bukan untuk beribadah juga? Padahal, salahsatu tanda dekatnya kiamat adalah orang-orang yang hanya beribadah di bulan Ramadhan saja. Dan selama paham ini tetap dipegang teguh, selamanya moment ini menjadi moment rutin yang akan ada setiap tahunnya.
Seharusnya, Ramadhan dinilai lebih dari sekedar bulan untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah Swt saja, tetapi lebih sebagai bulan penempaan yang dapat merubah diri kita setelahnya. Jadi seberapa berhasil Ramadhan kita, dapat dinilai dari seberapa besar perubahan diri kita menuju kebaikan selama 11 bulan berikutnya, apakah akan kembali kepada ke-jahiliyyahan seperti semula, atau telah bermetamorfosis menjadi manusia baru yang dengan segenap usahanya akan menaati perintah Allah swt. Semua terserah kita. Tapi bagi orang yang berhasil dalam bulan Ramadhan ini, akan mendapatkan kesucian dosa seperti bayi yang baru lahir di hari I’ed nanti.
Waallahu Alam bish Showwab! Semoga ramadhan kita berarti, dan kita akan senantiasa berusaha untuk lebih baik lagi di 11 bulan berikutnya...
_9sYwaL49’_

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda